Kamis, 21 Oktober 2010

"No Creativity No Life": Hikaro .... Software Buat Menghafal Huruf Jepang

"No Creativity No Life": Hikaro .... Software Buat Menghafal Huruf Jepang: "YANG SUKA ALL ABOUT JAPAN.. ATAU LAGI BELAJAR BAHASA JEPANG!!! Hikaro merupakan sebuah tools Windows yang dapat digunakan untuk membantu sob..."

Hikaro .... Software Buat Menghafal Huruf Jepang


YANG SUKA ALL ABOUT JAPAN.. ATAU LAGI BELAJAR BAHASA JEPANG!!!

Hikaro merupakan sebuah tools Windows yang dapat digunakan untuk membantu sobat blogger menghafal huruf-huruf Jepang, seperti Hiragana dan Katakana. Aplikasi ini buatan lokal loh sob, tepatnya dibuat oleh sobat M. Bensekh B.
Sejarah Hikaro:

Versi 0.1 alpha
Rilis pertama
Sangat sederhana
Versi 0.2 beta
Perbaikan bugs
Ditambahkan fitur waktu
Versi 0.3 gamma
Ditambahkan rekord waktu
Perubahan tampilan
Versi 1.0
Ditambahkan Hikaro Learner's Sheets (PDF)


"No Creativity No Life": TEMULAWAK DIPATENKAN NEGARA LAIN??? KOK BISA?? KEK...

"No Creativity No Life": TEMULAWAK DIPATENKAN NEGARA LAIN??? KOK BISA?? KEK...: "Good bye….Temulawak …. (dipatenkan pihak asing) Jakarta, Zat aktif temulawak untuk obat lever, antikanker, serta jantung dipatenkan piha..."

"No Creativity No Life": SIBUTRAMIN !! FORBIDEN In Indonesia

"No Creativity No Life": SIBUTRAMIN !! FORBIDEN In Indonesia: "Pembatalan Izin Edar dan Menarik Obat yang Mengandung Sibutramin Dilarang Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pembatalan izin edar ..."

SIBUTRAMIN !! FORBIDEN In Indonesia

Pembatalan Izin Edar dan Menarik Obat yang Mengandung Sibutramin Dilarang


sibutraminBadan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pembatalan izin edar dan menarik obat-obat yang mengandung sibutramine yang banyak terdapat pada obat penurunan kelebihan berat badan  atau obat diet.
Dalam siaran persnya, Badan POM menyatakan, penarikan obat jadi yang mengandung sibutramine dilakukan mulai 14 Oktober. Ini merupakan tindak lanjut dari informasi aspek keamanan produk obat yang diperoleh hasil studi "Sibutramine on Cardiovascular Outcomes Triaf" (SCOUT) yang menunjukkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular.
         Selain itu, sibutramine juga telah dilarang beberapa badan otoritas di negara lain atas dasar informasi terbaru mengenai aspek keamanan penggunaan sibutramine jangka panjang dari hasil studi SCOUT yang menunjukkan adanya peningkatan risiko kejadian kadiovaskular pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular.
           "Dengan adanya informasi aspek keamanan terkini tersebut, dalam rangka melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat, Badan POM RI telah melakukan pembatalan izin edar dan penarikan produk obat yang mengandung sibutramine terhitung sejak tanggal 14 Oktober," kata Kepala BPOM Kustantinah.
           Sibutramine merupakan obat yang diindikasikan sebagai pengobatan adjuvan (tambahan) dalam membantu penurunan kelebihan berat badan  di samping olahraga dan pengaturan diet. Badan POM juga telah memerintahkan kepada semua Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM (Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia) untuk melakukan pemeriksaan terhadap sarana distribusi dan pelayanan obat (apotek/rumah sakit/klinik) terhadap kemungkinan masih tersedianya obat tersebut.
            Pemilik izin edar yang memproduksi obat yang mengandung sibutramine juga telah diperintahkan untuk menghentikan produksi dan melakukan penarikan obat dari peredaran serta memusnahkan obat dan bahan baku yang tersedia.
            Distributor obat juga diperintahkan untuk menghentikan distribusi dan mengembalikan obat dimaksud kepada produsennya. Selain itu, sarana pelayanan obat juga diminta untuk segera mengembalikan obat tersebut kepada distributornya. "Masyarakat yang saat ini menggunakan obat-obat tersebut juga diimbau agar segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain," kata Kustantinah.
              Tercatat ada enam merek obat yang mengandung Sibutramine yang ditarik Badan POM.  Produk yang ditarik adalah  :
1.      Reductil Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg yang didaftarkan oleh PT Abbott Indonesia
2.      Maxislim Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Sandoz lndonesia)
3.      Redufast Kapsul 10 mg (PT Sunthi Sepuri, lndonesia)
4.      Slimact Reductil Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Dexa Medica, Indonesia)
5.      Redusco Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Pharmasi Binangkit, Indonesia)
6.      Decaslim Kapsul 10 mg dan Kapsul 15 mg (PT Ilarsen, Indonesia)

(Sumber : Kompas)

KETERANGAN PERS
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PEMBATALAN IZIN EDAR DAN PENARIKAN PRODUK OBAT YANG MENGANDUNG
SIBUTRAMINE
Nomor : PN.01.04.1.31.10.10.9829
Jakarta, 14 Oktober 2010
Berkaitan dengan informasi aspek keamanan produk obat yang mengandung sibutramine, yang diperoleh hasil studi “Sibutramine on Cardiovascular Outcomes Trial” (SCOUT) yang menunjukkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular dan tindak lanjut regulatori dari beberapa badan otoritas di negara lain, maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI efektif sejak tanggal 14 Oktober 2010 telah melakukan pembatalan izin edar dan penarikan obat jadi yang mengandung sibutramine (terlampir). Oleh karena itu, Badan POM RI memandang perlu menyampaikan informasi kepada masyarakat sebagai berikut :
  1. Sibutramine merupakan obat yang diindikasikan sebagai pengobatan adjuvant dalam membantu penurunan kelebihan berat badan (overweight dan obesity) disamping olah raga dan pengaturan diet.
  2. Terdapat informasi terbaru mengenai aspek keamanan penggunaan sibutramine jangka panjang dari hasil studi SCOUT yang menunjukkan adanya peningkatan risiko kejadian kadiovaskular pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular.
  3. Dengan adanya informasi aspek keamanan terkini tersebut, dalam rangka melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat, Badan POM RI telah melakukan pembatalan izin edar dan penarikan produk obat yang mengandung sibutramine terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2010.
  4. Dalam rangka lebih meningkatkan perlindungan kepada masyarakat, Badan POM RI mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Memerintahkan kepada seluruh Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM (Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia) untuk melakukan pemeriksaan terhadap sarana distribusi dan pelayanan obat (PBF/Apotek/Rumah Sakit/Klinik) terhadap kemungkinan masih tersedianya obat tersebut.
  2. Memerintahkan kepada pemilik izin edar yang memproduksi obat yang mengandung sibutramine untuk menghentikan produksi dan melakukan penarikan obat dari peredaran serta memusnahkan obat dan bahan baku yang tersedia.
  3. Memerintahkan kepada distributor untuk menghentikan distribusi dan mengembalikan obat dimaksud kepada produsennya.
  4. Meminta kepada sarana pelayanan obat (Apotek/Rumah Sakit/Klinik) untuk mengembalikan obat tersebut kepada distributornya.
5.  Dihimbau kepada masyarakat yang saat ini menggunakan obat-obat tersebut agar segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
6.  Kepada masyarakat yang memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email ulpk@pom.go.id dan ulpkbadanpom@yahoo.com atau Layanan Informasi Konsumen di seluruh Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.
Demikian informasi ini kami sampaikan untuk dapat diketahui sebagaimana mestinya.
ttd_kepala_bpom

TEMULAWAK DIPATENKAN NEGARA LAIN??? KOK BISA?? KEKAYAAN INDONESIA DISEROBOT LAGI?????

Good bye….Temulawak ….
(dipatenkan pihak asing)
 
temulawakJakarta, Zat aktif temulawak untuk obat lever, antikanker, serta jantung dipatenkan pihak asing di Amerika Serikat. Temulawak merupakan jenis tanaman asli Indonesia dan jika dijadikan sebagai zat aktif obat-obatan komersial, semestinya diatur pembagian manfaatnya.

”Ini bagian dari biopiracy (pembajakan sumber daya genetik) yang semestinya diatur benefit sharing atau pembagian manfaatnya,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranata, Selasa (19/10), pada Konferensi Internasional Tanaman Obat-obatan yang diselenggarakan 19-21 Oktober 2010 di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.

Hardhi mengatakan, ketiga obat herbal dari zat aktif temulawak (Curcuma xanthorrhiza) itu sejak dua atau tiga tahun terakhir diproduksi perusahaan obat di Indonesia dan sudah beredar di pasaran. Perusahaan itu pun terikat pendaftaran paten dari Amerika Serikat.
”Harga obat-obatan herbal itu sekarang 1.000 kali lipat lebih mahal daripada obat dengan bahan mentah yang sama yang sebenarnya sejak lama juga diproduksi di dalam negeri,” kata Hardhi.
Obat herbal yang diproduksi negara-negara lain dengan bahan mentah dari Indonesia telah menunjukkan naiknya kecenderungan minat masyarakat dunia terhadap obat herbal, tetapi Indonesia tidak siap melindungi sumber daya genetiknya.
”Tren pengobatan kembali kepada alam mulai diminati dan sebanyak 12 rumah sakit pun berhasil didorong supaya membuka klinik jamu,” kata Hardhi.
Ke-12 rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Umum Sanglah, Bali; RS Kanker Dharmais, Jakarta; RS Persahabatan, Jakarta; dan RS Dr Soetomo, Surabaya.Kemudian RS Wahidin, Makassar; RS Angkatan Laut Mintohardjo, Jakarta; RS Pirngadi, Medan; RS Syaiful Anwar, Malang; RS Dr Suharso, Solo; RS Dr Sardjito, Yogyakarta; RS Suraji, Klaten; dan RS Kandau, Manado.

Saintifikasi jamu
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional pada Kementerian Kesehatan Indah Yuning Prapti mengatakan, saat ini masih ditempuh program saintifikasi jamu untuk memberikan bukti-bukti ilmiah terhadap isi atau kandungan jamu.
”Saintifikasi ini berkaitan dengan pemberian standar jamu kepada pasien, tetapi sekaligus pencapaian standar bahan-bahan herbal yang digunakan,” kata Indah.Saat ini beredar sekitar 3.000 produk obat herbal di Indonesia. Menurut Indah, hanya sebagian kecil saja yang sudah teruji secara klinis melalui uji coba pada manusia dan dinyatakan sebagai fitofarmaka.

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Listyani Wijayanti mengatakan, saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hanya menyatakan sebanyak lima jenis obat herbal sebagai fitofarmaka, yaitu obat-obatan herbal untuk imunomodulator atau kekebalan tubuh, hipertensi, rematik, diare, dan stamina khusus pria.
Hardhi mengatakan, pada 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan supaya jamu digunakan untuk mengobati pasien oleh para dokter. Namun, harus diakui adanya kesulitan standar bagi dokter untuk meresepkan obat-obat herbal tersebut.
Proses saintifikasi jamu, menurut Hardhi, sekarang ini sangat menunjang tiga prinsip penyembuhan pasien, yaitu tepat dosis, tepat waktu, dan tepat pasien.
”Saintifikasi jamu mendukung pemanfaatan jamu tidak hanya preventif atau pencegahan saja, tetapi juga bisa untuk kuratif atau penyembuhan,” kata Hardhi.
Indah mengatakan, produksi jamu masih sering menghadapi persoalan kesinambungan bahan baku. Namun, sebagian petani produsen bahan baku jamu justru kerap mengeluhkan, bahan-bahan yang diproduksi tidak selalu terserap pasar.

Masihkah Temulawak menjadi Ikon Jamu Indonesia?
Diantara unggulan bahan jamu Indonesia, temulawak mendapat perhatian khusus dengan diselenggarakannya Simposium International Pertama Temulawak berskala dunia pada tanggal 27-28 Mei  2008 di IPB International Convention Centre (IICC), Bogor.
"Temulawak tampaknya dapat menjadi ikon jamu Indonesia di mata dunia, seperti ginseng dari Korea," kata Deputi Menko Perekonomian, Bayu Krisnamurti, di Jakarta, Jumat (23/5).
Acara tersebut merupakan kerja sama Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dengan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Kementerian Koordinator Perekonomian sebagai tindak lanjut komitmen dalam deklarasi "Jamu, Brand Indonesia" pada 4 Maret silam yang telah menjadi tonggak awal kebangkitan jamu Indonesia tahun 2008.
Acara ini akan dihadiri sekitar 250 ahli dan peneliti dari berbagai negara di dunia dengan IPB sebagai tuan rumah. Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia dan Pembukaan Simposium International Pertama Temulawak diharapkan dapat dilaksanakan 27 Mei 2008 di Istana Bogor dengan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

sumber : http://www.ikatanapotekerindonesia.net