Sabtu, 02 Oktober 2010

menumbuhkan semangat berwirausaha

Menumbuhkan semangat berwirausaha 

Thoby Mutis telah menulis buku Kewirausahaan Yang Berproses, diawali dengan bagaimana MacGyver yang senantiasa menampilkan keunikan dan kreativitas dan berkesinambungan.

Film yang sangat digemari pada masa itu dijadikan simbol, yakni mengubah "kesempitan menjadi kesempatan" sehingga Stephen Covey dalam bukunya "First Thing First" menyebutnya Mac Gyver Factor.

Covey menyatakan empat potensial yang dimiliki manusia, yaitu :
Pertama; Self awareness, sikap mawas diri.
Kedua; Conscience, mempertajam suara hati sehingga menjadi manusia yang berkehendak baik, seraya memunculkan keunikan serta memiliki misi dalam hidup ini.
Ketiga; Independen will, pandangan independen untuk bekal bertindak dan kekuatan untuk mentransendensi.
Keempat; Creative imagination, berpikir transenden dan mengarah kedepan/jangka panjang untuk memecahkan aneka masalah, dengan imajinasi, khayalan, serta memacu adaptasi yang tepat.

Entrepreneurship dianggap sebagai salah satu fungsi ekonomi karena dari semangat untuk berwirausaha hingga menjadi wirausaha baru kemudian menjadi wirausaha yang sesungguhnya sangat terkait dengan kontribusinya terhadap pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat. Selain entrepreneurship,


ada pula Intrapreneurship yakni suatu entrepreneurship yang selalu menekankan pengembangan sumber daya, yakni sumber daya dari dalam untuk memacu bisnis yang sukses (putting internal resources first).
Barangkali pengertian kedua ini jarang kita dengar, namun didalam prakteknya berada dalam lingkup kewirausahaan terutama yang menggerakkan sumber daya, sumber dana, dan sumber informasi dari lembaga perusahaan itu sendiri.

Kalau kewirausahaan itu merupakan sesuatu yang berproses, tentunya ada langkah-langkah strategis yang harus dimulai dari awal hingga menciptakan keberhasilan dalam bisnis. Lalu siapa yang akan menumbuhkan semangat berwirausaha itu, apakah pemerintah, atau iklim usaha atau pun peluang-peluang yang menarik dibandingkan menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan perusahaan dan sebagainya.

Hal inilah sepatutnya menjadi pemikiran kita bersama karena kita sangat menyadari bahwa lowongan untuk menjadi PNS, karyawan perusahaan BUMN, swasta sangatlah terbatas. Tiada jalan hidup mandiri dan berusaha sesuai kemampuan akan lebih realistik dari pada mengharapkan hujan di langit, air di tempayan ditumpahkan.

Angka kemiskinan dan pengangguran semakin membengkak akibat krisis ekonomi yang membawa bangsa ini dalam keterpurukan dalam derajat hidup. Kita sadar betul bahwa bangsa ini sudah miskin. Riau memiliki angka yang fantastis 43,8 persen penduduknya miskin. Apapun yang kita lakukan untuk menyerap angkatan kerja yang demikian besar selalu sulit direalisir.

Terlepas dari apakah wirausaha itu bawaan lahir atau bisa dipelajari, maka ada beberapa catatan penting yang menurut penulis perlu kita perhatikan. Pertama; memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana pentingnya berwirausaha itu, disamping menolong diri sendiri dapat membantu orang lain dalam menciptakan lapangan kerja baru dalam berbagai sektor.

Ini tentunya berkaitan dengan adanya pengetahuan (kognitif) yang dilakukan melalui proses pengajaran di Perguruan Tinggi (PT) sampai ke tingkat pelatihan keterampilan. Ironisnya, Perguruan Tinggi baru memulai hal ini, padahal output mereka tidak bisa direm dan terus membengkak yang berakhir dengan lahirnya Pengangguran Tingkat Tinggi (PTT), kalau sudah begini akan melahirkan beban baru bagi pemerintah termasuk kredibilitas PT itu sendiri.

Penulis juga tidak tahu persis berapa jumlah sarjana yang tidak mau menjadi PNS justru memilih mandiri untuk mengembangkan kemampuan ilmunya. Kedua; menciptakan iklim investasi yang kondusif baik dalam perizinan, informasi usaha, jaringan usaha dan sebagainya sehingga Wira Usaha Baru (WUB) dapat lahir setiap saat karena mampu membaca peluang yang muncul.

Dorongan ini harus lahir dari penguasa dan birokrat karena kalau kita sadar betapa sulitnya untuk memulai usaha karena banyaknya aturan yang harus dipenuhi, padahal WUB sangat mendukung fungsi ekonomi yang dimaksud. Sepertinya perlu kebijakan yang mendasar dan mereformasi pekerjaan dinas atau instansi yang terkait dengan bidang-bidang usaha kecil yang muncul di masyarakat.

Unit Pelayanan Terpadu (UPT) yang dimiliki oleh pemerintah selama ini hendaknya benar-benar berfungsi dan benar-benar mempunyai kebijakan untuk mempermudah, melayani kepentingan masyarakat dan menciptakan pendapatan baik pajak maupun retribusi untuk kesinambungan pembangunan.

Ketiga; memberikan pembinaan dan penyuluhan secara rutin dan kontinyu serta berkesinambungan dengan program yang jelas dan terencana dengan baik. Selama ini terkesan sulit menciptakan koordinasi yang baik antar sektor terkait baik dinas atau instansi, PT, LSM, tokoh masyarakat.


Barangkali masih banyak faktor lain yang perlu menjadi pemikiran kita bersama agar tenaga kerja, angka kerja, pengangguran termasuk masyarakat miskin yang ingin berusaha dan ketiadaan usaha patut kita simak secara seksama.
Betapa baiknya pun program pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran termasuk PTT akan sulit dilaksanakan mengingat begitu banyak penduduk yang hidup dalam himpitan krisis yang berkepanjangan. Untuk itu upaya untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi semua kalangan adalah alternatif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran. (Sumber = Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Mahasiswa )"Menghadapi Rasa Takut Gagal dan Tidak Percaya Diri"
Kalimat pertama yang ingin saya ucapkan pada Anda adalah ''Selamat atas kelulusan Anda.'' Anda kini mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia riil tempat Anda harus bekerja.
Dua problem besar yang dapat saya simpulkan adalah pilihan Anda pada karir sebagai wirausaha atau bekerja pada perusahaan, dan rasa takut gagal dan tidak PD. Baiklah, mari kita bahas problema ini.Anda jangan berkecil hati karena perasaan takut dan tidak PD. Dari beberapa e-mail dan surat yang masuk, juga beberapa teman yang bertanya pada saya dalam sebuah kesempatan pelatihan dan pertemuan biasa, mereka juga banyak merasakan hal yang sama.
Jadi, Anda tidak sendiri dan ini manusiawi kok.Rasa takut gagal dan tidak PD memang saling terkait. Bisa jadi karena tidak PD, Anda jadi merasakan ketakutan akan kegagalan, atau sebaliknya.
Rasa ini bisa timbul karena sejarah perjalanan hidup dan pengalaman kita di masa lalu. Kondisi keluarga, budaya lingkungan, atau peristiwa-peristiwa tertentu yang menyebabkan kita menjadi seperti sekarang ini.
Cara terbaik memang mencoba untuk melupakan masa lalu itu, ambil hikmah yang baik, dan buang pengalaman yang buruk.
Rasa takut gagal dalam melakukan wirausaha juga dapat disebabkan oleh mitos-mitos yang kita dengar di sekeliling kita. Misalnya, ada mitos yang menyebutkan ''memulai bisnis adalah berisiko dan sering berakhir dengan kegagalan.'' Karena Anda percaya dengan mitos ini maka perasaan takut gagal pun muncul dan ujung-ujung bisa tidak PD ketika memulai sebuah bisnis.
Apa betul begitu? Faktanya adalah seorang entrepreneur yang berbakat dan berpengalaman mendapat peluang, mampu menarik orang yang tepat, mampu mendapat uang dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan bisnisnya.
Ada data statistik yang dapat kita pelajari mengenai bisnis baru.
Persentase bisnis yang bangkrut di dua tahun pertama adalah sebesar 23,7 persen, di empat tahun pertama sebesar 51,7 persen, dan dalam masa enam tahun 62,7 persen. Data ini merupakan hasil survai The Wall Street Journal pada 1992.
Apa yang dapat kita pelajari?Paradigma bahwa bisnis kadang berakhir dengan kegagalan adalah sesuatu yang lumrah.
Bukankah kita hidup sekarang saja selalu dihadapi oleh dua pilihan? Ada hitam ada putih, ada kanan ada kiri, ada amal ada dosa, ada surga ada neraka, dan ada sukses tentu ada juga gagal.
Jadi, sikap dalam diri kita bahwa dua hal ini selalu beriringan dan kadang kita mendapatkan satu di antaranya adalah ''hal yang memang kita hadapi,'' sehingga Anda nanti lebih tenang menghadapi dan dapat menerimanya dengan ikhlas, adalah sesuatu hal yang biasa.
Percaya diri juga dapat timbul kalau kita selalu berpikiran positif. Coba baca data statistik di atas dengan cara pandang yang berbeda. Di dua tahun pertama ada 76,3 persen yang berhasil.
Ada 48,39 persen di empat tahun pertama yang berhasil, dan seterusnya. Berbeda bukan? Boleh jadi Anda dan bisnis Anda masuk ke dalam kelompok yang ini.Satu lagi yang harus dicamkan dalam hati adalah jika usaha atau bisnis yang sedang Anda jalankan berujung dengan kegagalan.
Yang gagal adalah bisnisnya, bukan Anda! Anda sendiri tidak gagal karena Anda dalam proses mencari sesuatu yang lebih baik. Sebenarnya triknya mudah. Ketika memulai berbisnis, niatkan bahwa Anda tidak hanya membuka bisnis tetapi juga beribadah.
Jadi, kalau-kalau tidak berhasil, bisnisnya boleh gagal, tetapi ibadah Anda berusaha membuat bisnis kan Insya Allah sudah dicatat sebagai amal kebajikan. Tidak ada yang gagal bukan? Kalau sudah begini, menurut saya, Anda sudah tidak perlu lagi merasa takut gagal dan percaya diri mestinya makin kuat timbulnya.
Untuk pilihan karir, cobalah Anda pelajari kelebihan dan kekurangannya. Dalam memulai bisnis, pengetahuan terhadap bisnis yang akan kita terjuni amat penting. Karena itu, jika belum memilikinya Anda harus mempelajarinya dengan baik. Bekerja di perusahaan pada awalnya juga dapat memberikan pengetahuan tentang berbisnis. Semuanya memang tergantung dari Anda.
sumber Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM (konsultan)e-mail: probis2002@republika.co.id

Harga Obat Generik di Indonesia Termahal Se-ASEAN

Harga Obat Generik di Indonesia Termahal Se-ASEAN



JAKARTA, KOMPAS.com — Harga obat generik yang diproduksi di Indonesia tergolong sangat mahal. Bagaimana tidak? Banyak obat generik di Indonesia yang sengaja dikemas dan dipasarkan serta diberi merek tertentu layaknya obat "paten" sehingga muncullah istilah obat generik bermerek.
Tak ayal, harga "obat generik bermerek" di Indonesia tergolong termahal se-ASEAN, bahkan kabarnya di dunia. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan harga jual obat yang semakin tak terkendali di Indonesia, diperlukan pengaturan yang tegas mengenai harga jual obat generik oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI.
Demikian diungkapkan oleh Prof Dr Hasbullah Thabrany, MPH, Dr PH dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) saat ditemui dalam diskusi IDI di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (6/4/2010).

"Perlu ada aturan harga jual obat generik yang jelas. Jangan sampai masyarakat yang sudah pusing mencari ketersediaan obat generik yang "langka" di peredaran masih harus dipusingkan juga dengan adanya obat generik bermerek yang harganya tidak "generik", sangat mahal. Kasihan masyarakat kecil," ungkap Prof Dr Hasbullah.
Ia menambahkan, pembiayaan berbasis asuransi jaminan sosial nasional yang merupakan perintah Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) merupakan cara yang paling baik untuk mengendalikan harga obat dan peresepan oleh dokter. Akan tetapi, cari itu sampai saat ini belum juga dilaksanakan oleh pemerintah sehingga harga obat belum dapat dikendalikan secara sistematis.
Kenapa Obat Indonesia Kalah Murah dengan India dan China?
Saat ini, 80 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia diimpor dari India dan China. Anehnya, walaupun harga bahan baku impor ini murah, setelah diproduksi menjadi obat-obatan "generik bermerek" oleh industri farmasi di Indonesia harganya menjadi berkali-kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga obat-obat yang sama di India dan China.
Ini tak lain karena industri farmasi di Indonesia masih terjangkit "penyakit" mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, yang telah berlangsung sejak era Orde Baru.
"Industri farmasi di Indonesia masih tetap terjangkit 'penyakit' rent seeking," demikian diungkapkan Prof Dr Hasbullah Thabrany, MPH, Dr PH dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) saat ditemui dalam diskusi IDI di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (6/4/2010).
Di samping itu, menurut Prof Hasbullah, mahalnya harga obat generik bermerek di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti India dan China, disebabkan tidak adanya pengaturan harga jual obat generik bermerek yang jelas dari pemerintah.
Alhasil, harga obat tersebut jadi tidak terkendali. Sementara itu, di sisi lain, obat generik yang harganya terjangkau sangat sedikit ditemukan di sarana pelayanan kesehatan swasta di Indonesia, baik di rumah sakit maupun apotek.
Sarana pelayanan kesehatan yang ada cenderung hanya menyediakan obat generik bermerek dan obat paten dengan harga yang tentunya lebih mahal. "Tidak heran makanya kalau saat ini banyak juga masyarakat Indonesia yang membeli obat langsung ke India atau ke China karena lebih murah dari yang ada di Indonesia, tapi kualitasnya juga bagus," tandas Prof Hasbullah.
 (Sumber : Kompas)

beras hitam... the power of anticancer!!!

Beras Hitam Diklaim Sebagai Makanan Super Pelawan Kanker

beras_hitamLouisiana, Beras hitam yang oleh masyarakat Indonesia kadang disebut sebagai beras wulung, beras jlitheng atau beras gadog diklaim ilmuwan sebagai makanan super untuk melawan kanker. Beras hitam ini bukanlah ketan hitam.
Beras hitam yang warna sebenarnya agak keungu-unguan selama ini memang dikenal punya banyak khasiat. Khasiat itu ternyata bisa dibuktikan oleh ilmuwan yang melakukan uji ilmiah.
Ilmuwan dari Louisiana State University menganalisa sampel dedak (serbuk kulit) dari beras hitam yang ditanam di Amerika selatan. Hasilnya, ilmuwan menemukan beras hitam memiliki kadar antioksidan berupa antosianin (anthocyanin) yang larut dalam air.
Buah dan sayuran yang mengandung antosianin biasanya berwarna gelap seperti blueberry. Warna hitam seperti ini juga yang terkandung dalam beras hitam.
Penelitian menunjukkan antioksidan dari tanaman yang berwarna gelap bisa menghentikan molekul berbahaya, membantu melindungi arteri dan mencegah kerusakan DNA yang mengarah ke kanker.
"Hanya sesendok dedak beras hitam mengandung lebih banyak antosianin lebih besar daripada yang ditemukan dalam blueberry. Beras hitam juga mengandung gula yang sedikit dan lebih banyak serat serta antioksidan vitamin E," kata ilmuwan Dr Zhimin Xu seperti dilansir dari dailymail, Senin (30/8/2010).
Menurut Dr Zhimin, beras hitam akan menjadi tanaman yang ekonomis untuk meningkatkan kesehatan. Produsen makanan menurutnya, bisa menggunakan esktrak dedak beras hitam untuk membuat sereal, minuman, kue, biskuit dan makanan sehat lainnya.
Beras hitam sendiri sudah lama digunakan di China yang hanya boleh dikonsumsi oleh para bangsawan sehingga dikenal dengan nama 'Forbidden Rice'. Sedangkan negara-negara Asia umumnya juga sudah mengenal beras hitam yang biasanya dikonsumsi saat perayaan-perayaan khusus.
Para ilmuwan mempresentasikan temuannya itu pada acara '240th National Meeting of the American Chemical Society' di Boston pekan ini.
Beras hitam ini juga memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah dari beras biasa dengan kandungan zat besinya yang cukup tinggi.
(Sumber : detikHealth)