Sabtu, 09 Oktober 2010

"No Creativity No Life": Disinilah Aku Tancapkan Dakwahku...Hanya Karena AL...

"No Creativity No Life": Disinilah Aku Tancapkan Dakwahku...Hanya Karena AL...: "CUKUP HANYA KARENA ALLAH SAJAUngkapan Hati Seorang Ukhti... Bismillahirrahmanirrahim... Subhanallah, Walhamdulillah, Walailahaillall..."

Disinilah Aku Tancapkan Dakwahku...Hanya Karena ALLAH tak ada alasan lain TITIK!!!


CUKUP HANYA KARENA ALLAH SAJA
Ungkapan Hati Seorang Ukhti...
Bismillahirrahmanirrahim...
       Subhanallah, Walhamdulillah, Walailahaillallahu Wallhauakbar.... Rabb kubersimpuh haya pdMu,segala yg kulakukan di dunia ini Kau yang paling tau, Engkaulah yg berhk mnentukkan Layakkkah Aku Jadi HambaMu yg Solehah dan yang Kau Ridhoi..Hanya Engkau yg Tahu Niatku Berjuang Di JalanMu ikhlas kah atau semata2 mncari kemuliaan dimata manusia???... HAanya Enkau yg tahu seberapa Ikhlas aku berdakwah mnjadi guru bagi para mad'u ku??? Rabb..Aq hanya Ingin mlkukan yg terbaik yg bs aku lakukan untukMu, berjuang, berdakwah untuk mngibarkan Namamu, Kuserahkan Semua Penilaian PadaMu, Takkan pernah kugantungkan harapanku pd manusia, karena manusia mampu membuat kita kecewa. PadaMulah kugantungkan semua harapan ya Rabb...
           Engkaulah yang paling tahu dn berhak mmutuskan apakah aku layak dimasukan kedalam SyurgaMu. Aq hanya hambaMu yg sombong yg selalu bangga dengan amalan pahala yg telah aku kerjakan, akulah hambaMu yg dhaif yg selalu yakin bahwa amalanku cukup untuk kutunjukkan pdMu nanti. Padahal Bukan hanya Amalan PAHALA lah yg membuat seorang manusia masuk ke dalam syurga, bahkan ibadah beribu2 tahun pun mungkin hanya cukup mmbayar nikmat melihat saja.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Lan yadhula ahadukumul jannata bi ‘amalihi”. Seseorang tidak akan masuk surga karena amalnya semata-mata. Kemudian salah seorang bertanya, “Wa laa anta yaa Rasuulallaahi?” Tidak pula engkau ya Rasulullah? Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Wa laa anaa illa an yataghamada niiyallaahu bi rahmatihi.” Tidak juga aku, kecuali jika Allah mengkaruniai aku dengan rahmat-Nya.
Juga di dalam surat Aali ‘imraan (3) ayat 142, Allah berfirman, “Am hasibtum an tadkhulul jannata wa lammaa ya’lamillaahul ladziina jaahaduu minkum wa ya’lamash shaabiriin.” 
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga padahal belum nyata bagi Allah siapa orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar".

Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

This is my story and my opinion.

 Hanya Sekedar Ungkapan Hati........Bismillah

        SAya pernah dirundung dilema yg teramat dalam, sahabat2 saya dalam barisan jamaah ini satu persatu mulai pergi.....mereka berguguran di jalan dakwah dengan alasan "kami kecewa dengan ini semua, kami kecewa yg dilakukn oleh jamaah ini, kami kecewa..bla bla bla.. jamaah ini sudah keluar dari syariah, lebih baik kami ber insilah, apa yg kau harapkan lagi......."  Masalah ini sudah pernah saya bicarakan dengan murobi, sungguh masalah yg membuat saya pusing kepala.. Masalah ini semakin terasa di Bulan RAmadhan Kemarin.

           Suatu malam di bulan ramadhan,saya beritikaf di sebuah mesjid di kota bandung, bersama  para akhwat lainya, malam itu saya bertemu seorang kawan lama yg dari SMA sama2 berada dalam jamaah yg sama, saya pun awalnya bercerita tentang kegiatan kuliah saya, mngenai kuliah dia, keadaan keluarga kami, dn hingga pembicaraan merembet juga pd masalah "dakwah dalam jamaah". Ternyata dari pembicaraan itu saya baru tahu kalau dia juga sudah berinsilah dn masuk jamaah lainnya. dan pertanyaan yang ia sampaikan terakhir pd saya adlah "apakah ukhti akan tetap disini...???". Sepanjang malam saat sy beritikaf sy terus memikirkan pertanyaan itu. saya bukan memikirkan jawabnnya tapi sy memikirkan ada apa sebenarnya sampai seperti ini. Jujur selama semester 8 ini saya tdk mngikuti prkembangan sehingga ad informasi yg tdk saya ikuti dn tdk saya tau,setelah mncari informasi, mnanyakan pd murobi dan kawan2 yg aktif di (..........) akhirnya sayapun tahu jelas sebab musababnya. Dn semenjak itu saya mulai tahu dn sangat faham, dn jujur saya mngakui pd murobi "teh setelah saya pelajari saya akui memang ad yg salah dn ada hal yg saya pun tdk mnyepakatinyah.........." sayapun mnceritakan semuanya pd murobi saya. Namun pertanyaannya, setelah saya akui adnya keanehan lantas saya berfikir untk berinsilah???? JAWABANNYA "TIDAK". sungguh saat sy tau pun tdk pernah terbesit di dalam hati sy untuk mundur, pergi, karena dakwah inilah yg sudah mberikan anugrah,hidayah,berkah hingga saya bisa jd seperti ini, bukan karena jamaah ini tapi sungguh sistem yg sudah sy jalani cocok di hati saya, banyak kawan2 yg amah bahkan yg non muslim merasa nyaman dengan dakwah yg disampaikan, dengan tarbiyah, sedikit2 mngajak mereka untuk mnjadi lebih baik, dn kawan2 yg non muslim mulai mndalami islam (bahkan ada beberapa yg sudah mnjadi muslim), karena yg saya rasakah dakwah ini "lembut" dn mampu mrangkul sobat2 muslim yg masih tdk faham akan islam, saya bahagia disini, tdk ada keraguan sedikitpun di hati saya. Seorg teman saya bahkan snegaja mng sms saya " Ukhti antuna jangan mnutup mata... sadarlah...jika antum tetap disini maka antum KAFIR dan masuk golongan syetan...golongan sayalah yg paling benar....bla bla bla" Astagfirullohaladzim setega itukah kata2nya pdku, dn bukan hanya sekali ia mngatakannya, berkali2 bahkan sampai sekarang....Jujur bukannya mnutup mata dengan yg terjadi di "barisan Qiyadah ini" tapi ini bukan jamaah dimana semua ikhlas berjuang, dn sy pun yakin d barisan jamaah yg lainya pun tdk semua jamaahnya memilki niat yg ikhlas, karena kita tdk pernah tau hati manusia, saya hanya mncoba khusnudzon, dn percaya selalu ada alasan atas semua itu.... dn itu pula yg diyakinkan olh murobi saya. Saya blg dengan lantang pd murobi saya "Sedikitpun sy tak pernah ragu, tak pernah gentar, sy tdk akn kmana2, tetap disini, jika memang ada yang salah maka saya tdk akan lari tp sekuat kemampuan saya saya perbaiki sehingga mnjadi sperti yg seharusnya ". Dn asal saya berdakwah dilandasi keikhlasan dn hanya mngharap ridho Allah, itu saja cukup bagi saya.......

             Dn saat ini saya mulai gerah dengan komentar, status orang2 yg sudah berinsilah yg mnjelek2kan, mncaci jamaah lainnya trmasuk "jamaah ini". Sebegitu mudahnya mreka mnganggap muslim lainnya KAFIR, golongan syetan, layaknya berkata kepada musuh, bahkan tak jarang mnggunakan kata2 yg kasar dn tdk sopan dn sungguh miris melihatnya. Mereka mngatakan "kamilah yg paling benar, jalan kami yg benar2 tulus... bla bla bla" Saya tdk pernah berkomentar atas pndapatnya, karena memang sypun tak tahu siapa yv paling benar krn saya pun sdgn dlm proses mcari kbenaran sejati, namun saya GERAH jika sudah saling mnjatukan, mncaci, mngolok2 jamaah yg lain, bahkan saya pernah ditagg foto yg sungguh penghinaan trhadap "jamaah saya" dn saya di tagg oleh teman sy sendiri yg sudah berinsilah..BEGINIKAH CARA DIA UNTUK MBERI TAHU KEPADA SAYA???? saya sama sekali tidak tertarik, karena caranya yg sungguh tdk ahsan, dan bukan SEKALI SAJA TAPI BERKALI2.....Sesama muslim sajah seperti ini, padhal kita sama2 brjuang untuk islam tapi dengan cara yg berbeda, saya tdk pernah ikut campur dn berkomentar jamaah yg lain, karena mnurut saya semua org punya hak dn bebas berpendapat atas apa yg benar berdasarkan syariah asal tdk ada satupun yg mlenceng  dari tuntunan Al-Quran dn Al-Hadist. masg2 jamaah punya caranya msg2 untuk brjuang dn sy selalu mnghargai perbedaan ini, bukankah sesama muslim itu bersaudara. jd rasanya tdk etis jika sesama  muslim mnghakimi muslim lainnya dengan kata KAFIR, SYETAN layaknya berkata pd musuhnya. Naudzubillahimindzalik....

لاَيَظْلِمَهُ وَلاَيَخْذُلُهُ وَلاَيَحْقِرَهُ اَلتَّقْوَى هَهُنَاوَيُشِيْرُإِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَأَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Dari Abu Hurairah Ra berkata:
“Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya disini….” Dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya sampai tiga kali. ”Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghinakan (merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap sesame muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau melukai), merampas hartanya dan merusak kehormatannya (nama baiknya).”

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat,” (QS al-Hujurat [49]: 10)  

Al-Quran memberikan beberapa petunjuk untuk memantapkan dan menjaga persaudaraan sesama muslim agar tidak retak. Di antara petunjuk itu adalah larangan mengolok-mengolok dan berburuk sangka. Al-Quran menyatakan bahwa orang mengolok-olok belum tentu lebih baik dari yang diolok-olok (QS Al-Hujurat [49]: 11). Dalam ayat lain, al-Quran melarang buruk sangka, menggunjing, dan mencari-cari kesalahan orang lain (QS Al-Hujurat [49]: 12). 

Rasulullah memberikan tuntunan bagaimana umat Islam menjaga ukhuwah antar mereka tidak retak. Sabda beliau, “Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Bukhari-Muslim). 

Dalam berinteraksi dengan antar sesama masyarakat agar ukhuwah basyariah maupun ukhuwah wathaniyah tegak, al-Quran melarang transaksi yang bersifat batil (QS al-Baqarah [2]: 188), melarang riba (QS al-Baqarah [2]: 278), anjuran menulis utang-piutang (QS al-Baqarah [2]: 275) larangan mengurangi atau melebihkan timbangan (QS al-Mutahffifin [83]: 1-3), dan lain-lain. 

Selain menghendaki agar kaum Muslim bersaudara, al-Quran melarang kaum Muslim berselisih yang merupakan sebab awal terjadinya permusuhan. Al-Quran memerintahkan agar kaum Muslim melakukan ishlah (perdamaian) jika mereka berselisih paham (QS al-Hujurat [49]: 10).

Rasa ukhuwah yg tumbuh pada tiap jiwa orang mukmin merupakan ni’mat Allah yg perlu diingat . Ukhuwah di dalam Islam mempunyai arti tersendiri. Penyebutan ukhuwah -sebagai suatu ni’mat- didahulukan dari penyebutan diselamat-kannya orang-orang yg beriman dari neraka .

Rasa ukhuwah akan tumbuh subur jika sifat ananiyah dan cinta dunia dikubur dalam-dalam. Untuk menghilangkan sifat ananiyah Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menjadikan rasa cinta kepada sesama Muslim sebagai bentuk kesempurnaan Iman.
Tidak iman seseorang hingga ia menginginkan bagi saudaranya apa yg ia inginkan untuk dirinya“.
Dan nilai-nilai keduniaan yg akan menjadi penghambat tumbuhnya rasa ukhuwah akan sirna jika manusia melihat dan merenungi asal-usulnya dan menyadari bahwa kemuliaan yg hakiki di sisi Allah dinilai dari sisi ketaqwaannya.

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasalam bersabda Wahai manusia Tuhan kalian satu dan bapak kalian satu kalian berasal dari Adam dan Adam dari tanah. Sesungguh-nya yg paling mulia di antara kalian di sisi Allah adl yg paling bertakwa. Tidak ada keutamaan bangsa Arab atas bangsa lain tidak pula bagi bangsa lain atas bangsa Arab tidak ada keutamaan bagi kulit merah atas kulit putih dan bagi kulit putih atas kulit merah melainkan dgn takwanya.{HR. Ahmad}. 

Begitu terlihat bahwasanya kaum muslimin saling menyayangi satu sama lain. Saling menutupi kesusahan, saling memaafkan, saling menutupi aib, dan saling menjaga harga diri demi keyakinan yang dianutnya. Begitu besar penjagaan mereka terhadap islam sebagai agamanya, hingga mereka menilai harga diri itu bukan lagi dilihat dari pangkat dan jabatan, bukan dari kesalahan-kesalahan saudaranya, namun mereka melihatnya dari rasa keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Afwan..tulisan ini saya posting atas dasar kesedihan saya atas apa yg terjadi..sesama muslim saling mngaku golongannyalah yg paling benar dn mnjelek2kan yg lainnya, bahkan saling mnjatuhkan yg lainnya, bukankah hal ini malah akan mnjadi sumber perpecahan??? Jika memang akan mnyampaikan kebenaran, sampaikanlah dengan bahasa yg ahsan, tdk perlu mnjelek2an, mncaci dn mnghakimi KAFIR. sungguh saya malah jadi tidak respect. Demi Allah, tdk ada maksud untuk mngatakan bahwa saya juga yg paling benar, namun ini yg saya yakini dn tolong hargai.. posting ini smata2 hanya opini saya, saya hanya hambaAllah yg penuh dengan kekhilafan, oleh karena itu saya mohon maaf jika kata2 diatas ad yg salah atau ada yg mnyinggung...jujur semua hanya opini sayah...

Kebenaran hakiki hanya milik Allah S.W.T

Wallahualam bishawab